Eksistensi Bandar Cimanuk (Indramayu sekarang)

Eksistensi Bandar Cimanuk (Indramayu sekarang) 

sebagai salah satu Pelabuhan dipesisir utara Jawa diperkirakan Pelabuhan Cimanuk sudah ramai sejak Masa Pemerintahan Kerajaan Sunda Galuh bahkan mungkin sejak Masa Tarumanagara mengingat dalam sebuah literatur sudah tercatat nama Kerajaan Manukrawa yang merupakan bagian dari Tarumanagara. Dalam sebuah berita China yang ditulis diBuku Shun-feng Siang-Sung tahun 1430 dijelaskan :

"Dalam pelayaran ini dari Shun-ta (Sunda/Banten) ke Timur sepanjang pantai utara Jawa, kapal-kapal menuju arah 97,5 derajat selama tiga penjagaan untuk sampai ke gunung Cia-Liu-Pa (Kalapa); lalu mereka menyusuri pantai (lewat Tanjung Ciao-Ciang-Wan/Cimanuk), dan menuju arah 187,5 derajat selama empat penjagaan sampai tiba di Che-Li-Wen (Cheribon), Kapal-kapal dari Shun-ta (Banten) menuju timur sepanjang pantai utara Jawa, melalui Cia-Liu-Pa (Kalapa), Tanjung Ciao-Ciang-Wan (Cimanuk) dan Che-Li-Wen (Cirebon). (Supali Kasim, 2011: 77)"

Dari Informasi tersebut tergambarkan bahwa Kapal-Kapal asing sudah hilir mudik mengunjungi Pelabuhan-pelabuhan Pesisir utara Jawa ..dan diantara beberapa Pelabuhan yang dikunjungi salah satunya adalah Tanjung Cimanuk atau dalam bahasa China ditulis Ciao-Ciang-Wan, artinya secara singkat peranan Bandar Cimanuk kala itu sudah menjadi bagian dari pusat aktifitas perniagaan. Tahun 1430 adalah masa dimana Kerajaan Sunda Galuh dipimpin oleh Rahyang Niskala Wastu Kancana. 

Pada sekitaran tahun 1513-an aktifitas Bandar Cimanuk kembali ditulis oleh Tome Pires yang datang mengunjungi Jawa. Beliau menuliskan:

"Chemano/Cimanuk: Pelabuhan ini adalaj pelabuhan ke enam (setelah Bantam, Pomdam, Cheguide, Tamgaram, Calapa). Pelabuhan ini bukanlah tempat bagi jung untuk merapat, melainkan hanya tiang pelabuhan,.demikian kabar yang disampaikan oleh orang-orang, sebagian lainnya "mengiyakan". Banyak orang Moor (Islam) tinggal di sini. Kaptennya (Syahbandar) adalah seorang Pagan (penyembah arwah leluhur). Pelabuhan ini berada di bawah kekuasaan Raja Sunda. Batas kerajaan berada ditempat ini. Chemano/Cimanuk menjalankan perdagangan yang baik, dimana (orang) Jawa juga berdagang denganya, Pelabuhan ini memiliki sebuah Kota yang besar dan Bagus. "

Dari Catatan Tome Pires tersebut banyak informasi yang menegaskan eksistensi Cimanuk sebagai bagian dari Pelabuhan-pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda (Pakwan Pajajaran). Disebutkan Bahwa Cimanuk adalah Pelabuhan Keenam setelah Banten, Pontang, Cigede, Tangerang, dan Kalapa (Cirebon sdh menjadi wilayah Kerajaan Jawa), Kapal-kapal besar tidak bisa masuk kedalam Kota Cimanuk melainkan hanya bersandar ditepi Pelabuhan. Masyarakat Di Cimanuk saat itu sudah ada yang beragama Islam walaupun Syahbandar Pelabuhan adalah Penganut agama sunda wiwitan (Masa kekuasaan Sri Baduga Maharaja 1482-1521) . Cimanuk kala itu juga didiami oleh para pedagang Jawa dimana antara pedagang sunda dan Jawa menjaga diri masing-masing (dituliskan tidak.bermusuhan juga tidak bersahabat),.Cimanuk adalah batas wilayah Kerajaan Sunda dan Kerajaan Jawa (dimana ketika menuliskan awal daerah Kerajaan Jawa Tome Pires memulainya dengan menyebutkan Cheribon) dan yang paling utama pada saat itu Bandar Cimanuk sudah memiliki Kota yang besar dan bagus layaknya Kota-kota pelabuhan yang makmur serta ramai akibat dari aktifitas perniagaan yang dijalankannya. 

Eksistensi Bandar Cimanuk kembali tercatat dalam Dargh Register VOC tahun 1632-1682. Pada era ini Cimanuk beralih fungsi sebagai Basis pertahanan Pasukan Mataram Pasca Penyerangan terhadap VOC di Batavia (1628&1629), (Sebelumnya pada tahun 1526 ketika armada Demak mengambil alih Bandar Banten dari Kerajaan Sunda Cimanuk sudah masuk dalam wilayah Cheribon). 

Kondisi Cimanuk berada dipusaran perang dingin antara Mataram, VOC dan Banten tergambar dalam catatan-catatan kejadian yang dihimpun oleh Pihak Kolonial diantaranya : 

13 Desember 1632. Gubernur VOC telah diberitahu oleh Cabang VOC di Banten, bahwa Susuhunan Mataram di sekitar sungai Indramayu/Cimanuk sedang menghimpun bahan perbekalan, agar menjelang permulaan musim kemarau mendatang dari sama dengan tentaranya sebanyak 80-100 ribu orang akan menuju kemari. 

7 Juli 1640. Dengan kembalinya Kapten Jan Silvernagel yang pada tanggal 23 Juni dengan Kapal kecil Sterra, Cleen Amsterdam dan tiga perahu tinggan dan perahu wisata dikirimkan, sambil menyusur pantai Jawa ke arah Timur dan buat menyelidiki tujuan Pihak Mataram, Kompeni mengetahui bahwa di sungai Indramayu/Cimanuk telah disiapkan sejumlah perahu Perang, sementara pelabuhan-pelabuhan lautnya ditutup. Sedang kabar lainnya ialah bahwa Mataram akan mendatangkan balatentaranya yang terkuat untuk menyerang Batavia dan Banten. "

Namun kondisi Perang fisik yang melelahkan tersebut berakhir ketika antara susuhunan Amangkurat I Mataram menjalin kesepakatan persahabatan dengan Pihak VOC..dimana akibat peristiwa ini banyak pihak-pihak yang tetap melakukan Konfrontasi terhadap dominasi VOC di daerah pesisir utara Jawa barat, saat itu wakil Mataram di Cimanuk adalah Ngabehi Wiralodra yang menurut Historigrafi (Babad Bagelen, Babad Indramayu jg Naskah Wangsakreta) waktu mudanya adalah Senopati Perang pasukan Bagelen yang ikut dalam perang melawan VOC di Batavia bersama Pangeran Purbaya. Diantara aktifitas Beliau dalam Catatan Kejadian Belanda diantaranya:

11-Agustus 1678. Tak Lama sebelum bertolaknya Direktur Jendral Soelman dengan Gubernur Wiralodra kesana, sudara Marta Praya telah mendapak Syahbandar Cina Wangsa Pradana dari Jabatannya, untuk kepentingan sendiri, dengan alasan bahwa dia tidak sampai hati membiarkan jabatan syahbandar diduduki oleh seorang Cina yang cukur (Masuk Islam) sehingga bagi Marta Praya dimana perlu lebih baik tanah air diserahkan saja kepada orang-orang Banten. 

11 Agustus 1678.   Kompeni di Batavia juga telah menyetujui bahwa bekas Bupati Kandanghaur yang lehernya hampir putus itu, melarikan diri ke Indramayu dan minta dilindungi oleh Gubernur Wiralodra tanpa diperselihkan sebab sesungguhnya Kandanghaur itu termasuk daerah Indramayu. Yang merupakan hak kedaulatan Susuhunan Mataram yang terhadapnya manakala kekuasaan Kompeni telah melebar. 

Dan ketika akhirnya Pihak Kesultanan Banten mulai melakukan Konfrontasi terhadap pengaruh kekuasaan VOC yang sudah mendapat dukungan dari Mataram dan Sumedang maka peristiwa pelik di Cimanuk kembali memanas:

7 Oktober 1679. Tidaklah menjadi soal karena yang penting agar mereka mendapat pengalaman, betapa beratnya menderita penindasan orang-orang Banten. Sementara mereka -- Pangeran Rangga Gempol yang terusir dan Wiralodra -- ; karena lupa akan nasib mereka yang sama malah saling curiga mencurigai yang mungkin terjadi oleh siasat adu domba.
Adapun kediaman sementara Pangeran Rangga gempol di Indramayu, bukan berarti mengurangi kedudukan Gubernur Jawa Wiralodra dan tidak mengurangi keakraban mereka. Sebaliknya mereka harus menyadari bahwa mereka sama-sama mengabdi kepada Susuhunan Mataram. 

7 Desember 1679. Niti Negara mengirimkan surat kepada Gubernur Jawa Wiralodra :"Surat ini datang dari rangga Niti Negara kepada Kyai Wiralodra dan Kapten Karang. Saya memperingatkan Tuan-tuan agar tuan-tuan berhati-hati sebab tentara Banten dan dari Cirebon sekarang sudah berada di Jatibarang, perjalanan sehari dari Indramayu. 

Surat ini dikirimkan oleh Kyai Aria Suradimarta kepada Kyai Wiralodra, ingin menanyakan apakah Tuan Wiralodra orang Kristen apakah orang Islam dan apakah tuan Menyembah Tuhan Kami atau Tuhan orang-orang Kristen. Bila tuan ingin menuruti kemauan Kompeni, maka Tuan akan kami perangi dan bila tuan tetap seorang Muslim janganlah merintangi usaha kami. 

Jawaban Surat dari Wiralodra kepada Aria Suradimarta " Tuan telah mengirim surat kepada saya. Bila tuan menanyakan apa yang menjadi kecenderungan saya, maka saya tidak mengenal dua atasan, selain Susuhunan Amangkurat. Dialah atasan saya dan segala sesuatu yang diperintahkan olehnya akan saya jalankan. Terserah kepada Tuan, mau datang atau tidak,.saya menunggu setiap saat. Barang siapa yang menganggap saya akan menjadi Orang Kristen, hendaklah kembali kepada kebenaran. Adapun kalau sata bekerjasama dengan Kompeni, sebabnya tak lain karena Kompeni akan menolong Susuhunan (atasan) saya. 

Pelabuhan Cimanuk pada akhirnya menjadi bagian pelabuhan yang ditutup ketika Jaman Amangkurat sebagai reaksi atas ketidakpuasan dan kecurigaan terhadap Para penguasa pesisir...namun catatan menyebutkan VOC kemudian berhasil mengambil alih pengelolaan Pelabuhan-Pelabuhan tersebut secara bertahap setelah Mataram mulai lemah dan terjadi konflik Internal, Peranan Bandar Cimanuk yang dulu besar sejak Jaman Kerajaan Sunda..diambil alih Ceribon-Demak kemudian jatuh ditangan Mataram untuk selanjutnya menjadi aset Kolonial...dan ketika Berdirinya NKRI anak cucu Cimanuk sudah tidak mengetahui lagi letak Pelabuhan Cimanuk dengan pasti kecuali hanya jejak-jejaknya saja. 

Peranan Pelabuhan pada masa lalu, memainkan peran strategis dan salah satu faktor makmurny sebuah Kerajaan akibat dari pendapatan bea masuk barang dagang..ekspor.Impor.serta akukturasi Budaya. Pelabuhan Laut merupakan Benteng pertahanan kedaulatan...Hal ini dibuktikan melalui pola ekpansi Demak dalam menguasai jalur pantai utara yang merupakan kegiatan Monopoli perdagangan (dari sisi ekonomi)  sampai pihak Portugis tidak berhasil menguasai Jawa. 


0 Response to "Eksistensi Bandar Cimanuk (Indramayu sekarang) "

Posting Komentar