Shalawat Fatih (Sanad Syekh Ahmad Tijani dan Sayyid Muhammad Al Bakri)
Shalawat al Fatih adalah salah satu lafadz shalawat yang masyhur diamalkan dalam dunia Islam. Shalawat ini dinisbahkan kepada dua orang wali yang besar, pertamanya kepada Sulthan Al Awliya` Wa Ghautsul Al Rabbaniy Syaikh Imam ‘Abdul Qadir Al Jilaniy dan yang kedua kepada Quthub Al Awliya Syaikh Imam Abul Hasan Muhammad Al Bakriy.
Sayyid Ahmad Zaini Dahlan Al Makkiy dan beberapa ulama lain seperti
Syaikh ‘Ali Ibn Abdurrahman Al Kelantaniy menisbahkan shalawat ini
kepada Syaikh Al Imam Abdul Qadir Al Jilaniy, sedangkan sebagian ulama
lain seperti Syaikh Ahmad Al Shawiy Al Malikiy dan Syaikh Muhammad
Fathan Ibn Abdul Wahid Al Susiy Al Nazhifiy] menisbahkannya kepada
Syaikh Abul Hasan Muhammad Al Bakriy.
Syaikh Yusuf Ibn Ismail Al Nabhaniy dalam karyanya “Afdhalush Shalawat
‘Ala Sayyidis Sadat” menyatakan bahwa menurut Syaikh Ahmad Ibn Muhammad
Al Shawiy Al Malikiy, Syaikh ‘Abdul Rahman Al Kuzbariy, ahli hadits
kebanggaan negeri Syam, telah menisbahkan Shalawat Al Fatih ini kepada
Syaikh Abul Hasan Muhammad Al Bakriy. Menurut beliau penisbahan inilah
yang nampaknya yang lebih kuat.
Syaikh Yusuf Ibn Ismail al-Nabhaniy mengatakan :
من واظب عليها كل يوم مائة مرة انكشف له كثير من الحجب وحصل له من الأنوار وقضاء الأوطار ما لا يعلم قدره إلا الله
Artinya:” Siapa saja yang lazim membacanya setiap hari 100 kali niscaya
akan terbuka baginya segala hijab dan ia mendapatkan cahaya dan
tertunaikan segala hajat yang tiada mengetahui kadarnya melainkan Allah .
Sayyid Ahmad Zainiy Dahlan mengatakan bahwa shalawat ini bermanfaat bagi
semua peringkat. Karenanya layak dilazimi agar memperoleh
keberkatannya.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ
وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ . نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ . وَالْهَادِي
إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ .وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ
وَمِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ .
ALLAHUMMA ShOLLI ‘ALAA SAYYIDINA MUHAMMADINIL FAATIHI, LIMAA UGhLIQO WAL
KhOOTIMI LIMAA SABAQO, NAAShIRIL HAQQI BIL HAQQI, WAL HAADII ILAA
ShIROOTIKAL MUSTAQIIMI WA ‘ALAA AALIHI HAQQO QODRIHI WA MIQDAARIHIL
‘AZhIIM(I).
Artinya: “Ya Allah berikanlah shalawat kepada penghulu kami Nabi
Muhammad sebagai pembuka apa yang tertutup dan yang menjadi penutup apa
yang terdahulu, penolong kebenaran dengan kebenaran yang memberi
petunjuk ke arah jalan yang lurus. Dan kepada keluarganya, sebenar-benar
pengagungan padanya dan kedudukan yang agung.”
Syaikh Ahmad Al Dardir Al Khalwatiy menyebutkan redaksi shalawat Al Fatih dengan sedikit redaksi tambahan sebagai berikut:
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ
الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ . اَلنَّاصِرِ
الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ . صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وعَلىَ آلِهِ وَاَصْحَابِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ
العَظِيْمِ .
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya : “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi
dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab : 56)
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ
وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ, نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى
صِرَاطِكَ الْمَسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ
العَظِيْمِ .
Artinya: “Ya Allah berikanlah Rahmat yang disertakan ta'zhim kepada
penghulu kami Nabi Muhammad sebagai pembuka apa yang tertutup dan yang
menutup sesuatu yang terdahulu, penolong kebenaran dengan kebenaran yang
memberi petunjuk ke arah jalan yang lurus. Dan kepada keluarganya,
sebenar-benar pengagungan padanya dan kedudukan yang agung.”
Syaikh Ahmad Bin Muhammad Dardir Al Khalwatiy Al Malikiy dan sebagian
dari kalangan Ahlul Fadhl (orang-orang mulia) menyebutkan tambahan
redaksi shalawat al-Fatih yang sedikit berbeda dengan redaksi aslinya
sebagai berikut:
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ
الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ . اَلنَّاصِرِ
الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ . صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وعَلىَ آلِهِ وَاَصْحَابِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ
العَظِيْمِ .
Dari berbagai sumber memang ditemukan ada beberapa redaksi tambahan
dalam shalawat fatih. Redaksi tambahan yang disebutkan di atas itu
datang dari para ulama di antaranya syekh Ahmad bin Muhammmad Dardir Al
Khalwatiy Radhiyallahu Anhu dalam kitab beliau Al Asrarur Robbaniyyah,
Syaekh Yusuf Bin Ismail Nabhaniy dalam kitab Afdhalus shalawat,
Muhaddist Al-Haramain Sayyid Muhammad Bin Alawiy Al-Malikiy dan juga
Sayyid Zen bin Ibrahim bin Sumaith Hafizhahullah dalam kitab beliau An
Nujumuz Zahiroh Lisalikil Akhirah.
Penambahan wa sallim dan wabarik adalah bagian dari "muhtahsanat" yakni
perbuatan yang dipandang baik, mengingat ada pendapat yang mengatakan
perintah bershalawat untuk Nabi sebagaimana dalam Al Qur'an itu
disebutkan berbarengan dengan perintah mengucapkan salam.
Adapun penambahan redaksi wa ashhabihi atau Wa shahbihi sebagian ulama
menjawab di antara mereka adalah syaikh Ahmad bin Muhammad Shawi Al
Maliki sebagai bentuk tolakan tasayyu' (ajaran syiah) yakni sebagaimana
shalawat orang syiah yg hanya bershalawat kepada para keluarga Nabi
saja, tidak kepada para sahabat yang menurut I'tiqad mereka para sahabat
Nabi ada yang kufur, sehingga tidak perlu bershalawat kepada mereka.
Sedangkan riwayat yang disebutkan Syekh Abu salim al-'Iyasiy semoga
rahmat Allah selalu tercurah kepada beliau, beliau ini merupakan ulama
yang pertama kali membawa shalawat Fatih dari mesir ke Maroko, pada
redaksi beliau tidak ditemukan tambahan seperti yang disebutkan di atas.
Ketika sidi syekh Maulana Al Quthb Ahmad bin Muhammad At Tijani
Radhiyallahu Anhu diberikan kesempatan agung peristiwa akbar bertemu
secara langsung dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wa sallam
beliau mentalqinkan sidi syekh Ahmad tanpa tambahan wasallim, wa barik
dan wa ashhabihi.
Melihat kronologi datangnya shalawat fatih kepada sidi syekh Muhammad Al
Bakri As Siddiqiy Radhiyallahu anhu, setelah beliau melakukan munajat
selama 30 tahun, bahkan riwayat dari syaikh Muhammad Fathan Bin Abdul
Wahid An Nazhifiy menyebutkan munajat beliau selama 60 tahun. Dalam
munajatnya, beliau memohon kepada Allah Taala agar diberikan redaksi
shalawat yang mengungguli shalawat yang ada di alam. Sehingga pada
waktunya Allah Taala mengabulkan permohonan beliau datang dari alam
ghaib.
Oleh karenanya shalawat fatih yang pertama kali diturunkan tidak
menggunakan tambahan wa sallim dan wa barik, mengingat redaksi shalawat
Allah dan para malaikat hanya menggunakan kata shalawat sebagaimana
dalam pernyataan ayat (Innallaha wa malaikatahu yusholluna Alan Nabiy)
Lantaran redaksi tambahan wa sallim adalah redaksi shalawat yang Allah
Taala perintahkan kepada manusia-manusia yang beriman dalam pernyataan
ayat (Ya ayyuhal ladzina amanuu shollu wa sallimu taslima).
Inilah sebagian jawaban yang mengukuhkan bahwa shalawat fatih bagian
dari redaksi yang datang dari alam ghaib dengan tidak menggunakan
redaksi wa sallim wa barik dan wa ashhabihi Kata alihi (keluarga Nabi)
dalam shalawat fatih memiliki pengertian seluruh ummat Nabi yang taqwa
mencakup para sahabat, tabiin, tabiut tabiiin dan tabi' tabi' tabi'in
sampai hari qiyamat. Adapun ulama yang menambahkan redaksi wa ashhabihi
sebagai takhsish (penyebutan secara khusus) dari keumuman kata alihi
(keluarga Nabi).
Ketika syaikh Ahmad At Tijaniy Radiyallahu Anhu ditanya, mengapa
shalawat Fatih tidak memakai kalimat wa sallim ?. Beliau menjawab :
“Karena shalawat Fatih bersumber dari Allah, bukan susunan yang dibuat
oleh manusia.
Boleh jadi, Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wasallam berkata
kepada Sidi Syekh Ahmad Bin Muhammad Tijani Radhiyallahu anhu:
ما صلى علي احد بأفضل من صلاة الفاتح
Artinya:"Tidaklah seseorang membaca shalawat kepadaku dengan shalawat
yang paling utama, melainkan ia membaca dengan shalawat fatih."
Lafazh-lafazh dalam shalawat al-Fatih merupakan iqtibas (cuplikan) dari firman Allah dalam ayat-ayat al-Qur’an:
اللَّهُمَّ :
Diambil dari ayat:
(دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ) (يونس: 10)
صَلِّ عَلىَ :
Diambil dari ayat:
(اِنَّ اَللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَا أَيّهَا
اَلذِينَ آمَنُوا صَلُّواْ عَلَيْهِ وَسَلِّمُواْ تَسْلِيماً) (الأحزاب:
56)
سَيِّدِنَا :
Diambil dari ayat
(وَسَيِّداً وَحَصُوراً وَنَبِيئاً مِنَ اَلصَّالِحِينَ) (آل عمران: 39)
Dalam ayat tersebut, Allah menyebut Nabi Yahya dengan sebutan Sayyid.
Menyebut Rasulullah dengan sebutan Sayyid adalah lebih utama karena
beliau adalah Sayyid al-Khalq (pemimpin makhluk). Dalam sebuah hadis
beliau mengatakan:
انا سيد ولد ادم ولا فخر
Artinya:”Saya adalah pemimpin manusia dan tidak sombong.”
Adapun hadis yang menyatakan larangan memanggil Rasulullah dengan
sebutan Sayyid meupakan hadis yang sangat lemah, tidak bisa dijadikan
argumen. Imam al-Nasaiy meriwayatkan dari sahabat Nabi yang bernama
Sahal Ibn Hunaif, beliau memanggil Rasulullah dengan sebutan Ya Sayyidi.
Ibnu Mas’ud juga meriwayatkan sebuah redaksi shalawat yang berbunyai:
“Allahumma Shalli Ala Sayyidil Mursalin. Hadis ini dinilai oleh para
ulama dengan derajat Hasan.[2]
مُحَمَّدِ :
Diambil dari ayat
(مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ) (الفتح: 29)
الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ :
Diambil dari ayat
(إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحاً مُبِيناً) (الفتح: 1)
- (قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَى فَتْرَةٍ مِّنَ اَلرُّسُلِ) (المائدة: 19)
وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ :
Diambil dari ayat
(وَلَكِن رَّسُولَ اَللهِ وَخَاتِمَ النَّبِيئِينَ) (الأحزاب: 40)
نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ :
Diambil dari ayat
- (إِن تَنصُرُواْ اللهَ يَنْصُركُمْ) (محمد: 7)
- (وَمَا تَوْفِيقِيَ إِلاَّ بِاللهِ) (هود: 88)
- (وَبِالحَقِّ أَنْزَلْنَاهُ وَبِالحَقِّ نَزَلَ) (الإسراء: 105)
الْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمَسْتَقِيْمِ :
Diambil dari ayat
(وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ) (الشورى: 52)
وعلى آله :
(إِنَّمَا يُرِيدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ البَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً) (الأحزاب: 33)
حَقَّ قَدْرِه :
Diambil dari ayat
- (وَمَا قَدَرُواْ اللهَ حَقَّ قَدْرِهِ) (الأنعام: 91)
- (لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ) (الحجر: 72)
وَمِقْدَارِهِ :
Diambil dari ayat
(وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْدَارٍ) (الرعد: 8)
العَظِيْمِ :
Diambil dari ayat
(وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ) (القلم: 4)
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ
وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ, نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى
صِرَاطِكَ الْمَسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ
العَظِيْمِ .
Pada kalimat (اَلنَّاصِرِ الْحَقِّ) kata (الْحَقِّ) boleh dibaca dengan 2
bacaan, Majrur (dikasrahkan) dan Manshub (difathahkan). Dibaca Majrur
lantaran kata (الْحَقِّ) menjadi Idhafah, adapun dibaca Manshub menjadi
Maf’ul, sebab Idhafahnya disebut Idhafah Lafzhiyyah.[1]
Imam Ibn Malik berkata dalam Al Fiyyah:
وَوَصْلُ أَلْ بِذَا الْمُضَافِ مُغْتَفَرْ* إِنْ وُصِلَتْ بِالثَّانِ كَالْجَعْدِ الشَّعَرْ
Artinya:” Menyambung al (alif lam) kepada Mudhaf Ghair Mahdhah
diperbolehkan apabila alif lam tersebut disambungkan kepada Mudhaf
ilaihnya seperti contoh: al-Ja’d al-Sya’ar (rambut yang keriting).”
أَوْ بِالَّذِى لَهُ أُضِيْفَ الثَّانِي*** كَزَيْدٌ الضَّارِبُ رَأْسِ الْجَانِي
Artinya:” Atau alif lam dimasukkan pada lafaz yang diIdhafahkan kepada
lafaz yang kedua (Mudhaf Ilaih), seperti Zaidunid Dharibu Ra’sil Janiy.
(Zaid yang memukul kepala penjahat itu.”
Menurut kaidah qiyas, alif lam tidak boleh memasuki Mudhaf yang
Idhafahnya Mahdhah. Alif lam yang masuk pada Mudhaf Idhafah Mahdhah,
merupakan hal yang menyalahi kaidah yang benar. Karenanya tidak boleh
dikatakan:
هَذَا الْغُلاَمُ رَجُلٍ . هَذَا الضَّارِبُ زَيْدٍ . هَذَا الضَّارِبُ رَأْسِ جانٍ .
Akan tetapi jika Idhafahnya disebut Idhafah Ghair Mahdhah dimaksudkan
infishal (memisahkan antara Mudhaf dan Mudhaf ilah), maka hal itu tidak
dilarang. Hanya saja dengan syarat, yaitu hendaknya alif lam itu
memasuki Mudhaf ilaih seperti contoh:
الْجَعْدُ الشَّعْرِ . الضَّارِبُ الرَّجُلِ . هَذَا الْغُلاَمُ الرَّجُلِ .
هَذَا الضَّارِبُ الزَّيْدِ . هَذَا الضَّارِبُ رَأْسِ الْجَانِي
Imam Muhammad Bin Abdul Wahid An Nazhifiy (wafat tahun menyebutkan dalam kitab Ad Durratul Khoridah Syarh Al Yaqut Al Faridah:
Keutamaan Shalawat al-Fatih
Mutiara Yang Tak Ada Tandingannya
وفضل فريدة على كل صيغة * كفضل سُرى القطا على دب نَملة
Keutamaan shalawat al-Fatih yang terkenal dengan sebutan al-Yaqutah
al-Faridah atas redaksi shalawat lainnya seperti lebih hebatnya burung
Qatha berjalan di waktu malam dibandingkan dengan rayapan semut.
فما صيغة من الصلاة على النبي * تقاربـها في وصلة ومثوبـة
Tidak ada bentuk shalawat kepada Nabi yang membandinginya untuk seseorang bisa wushul kepada Allah dan mendapat pahala.
فما حد فضلها ولا قيس في الـحجا * اذ الفضل من ورا العقول السليمة
Keutamaannya tidak bisa dibatasi dan tidak bisa dianalogikan oleh akal.
Karena keutamaan yang Allah berikan tidak bisa dipikirkan akal cerdas
manusia.
وكم صيغ لـها تفوق خرائدا * وان شئتها فسل حُـماة الطريقة
Shalawat al-Fatih memiliki banyak bentuk redaksi keutamaan yang lebih
mahal dari mutiara berharga. Jika engkau menginginkannya, maka
bertanyalah kepada pengayom thariqah.
بها انطوت الفلا بأسرع لَمحـة * بِها تسبق العرجاء كل صحيحة
Keutamaannya dapat melipat tempat yang luas dengan sekejap mata. Dengan
membaca shalawat al-Fatih orang yang pincang dapat mendahului berlarinya
orang yang sehat.
وكم من غنيمة تحاز بذكرها
ولا سـيما في الليل بعـد عتيمة
Banyak keberuntungan yang dapat diraih dengan membaca shalawat al-Fatih.
Terutama apabila dibaca pada malam hari selepas shalalat isya.
فتعـدل منها مرة خَمسمائة
نَهارية منها لضعف الْمـثوبـة
Keutamaan satu kali membacanya di waktu malam seperti 500 kali membacanya di waktu siang lantaran pahala menjadi berlipat ganda.
وكم من قصور في جـوار مُحمد
وحور حسان والْجـواري وغلمة
Banyaknya istana dan berdampingan dengan Nabi Muhammad serta para bidadari yang cantik dan pelayan-pelayan dari wanita dan pria.
وكم حجج وعمـرة مع غـزوة
وكم من مئين من الـوف عديدة
Mendapat pahala haji, umrah dan berperang ratusan dan puluhan kali.
واربعمائة سنـــون تكفــر
بِمائة مــــرة بليلة جُمعة
Seandainya seseorang melakukan dosa sebanyak 400 tahun, maka dosa itu
akan diampuni oleh Allah dengan sebab membaca shalawat al-Fatih sebanyak
100 kali pada malam jum’at.
لَها من مــراتب ثَمان فبعضها
سليل سـعيد باح مـنها بنقطة
Keutamaannya memiliki 8 martabat sebagiannya telah diungkap oleh putra
said yang bernama Syaikh Umar Ibn Said al-Futiy dengan satu titik.
ومنها بـكل مرة سـتمائة
من الف صلاة الملأك الانس جِنة
Diantaranya: membaca shalawat al-Fatih satu kali sama dengan 600 kali dari ribuan shalawat para malaikat, manusia dan jin.
من اول خلقهم الى وقت ذكرها
باذن تِجانـي ولـو بوسيطة
Dari awal mereka diciptakan sampai waktu shalawat al-fatih diucapkan.
Dengan adanya izin dari Sayid Ahmad al-Tijaniy sekalipun dengan
perantara.
وكم من تضائف لأولى وثانية
وثالثة وهـكذا لــلأخيرة
Banyak sekali pelipat gandaan pahala dalam membaca shalawat al-Fatih yang pertama, kedua sampai seterusnya.
ومنها ضعاف ذكر كل العوالِم
بسـتة الآف وغفـران زلـة
Pahala yang berlipat sebanding dengan dzikir yang dilakukan oleh makhluk
di alam ini dengan 6000 kali lipat dan mendapat ampunan dari segala
dosa.
فلا تتركن شـاذة من ذنـوبنا
ولا فاذة منها لعظم الْمــزية
Oleh sebab itu janganlah engkau tinggalkan, lantaran membacanya
menghilangkan dosa-dosa kita dan mendapat keutamaan tersendiri dari yang
lainnya.
وموت على الاسلام افضل نعمة
اذا دُمْتَ منها مــرة للمَنِية
Wafat dalam agama islam yang merupakan ni’mat tertinggi, apabila engkau
melazimi shalawat al-Fatih setiap hari satu kali sampai kematian
menjemput.
ولا بد من اذن صحيح من احمدا
ولـو بوسـائط لنيل الفضيلة
Syaratnya adalah mendapat izin dari sayid Ahmad al-Tijaniy sekalipun melalui perantara agar mendapat keutamaannya.
مع الاعتقاد انها في صحيفة
من النور انزلت بأقـــلام قدرة
Disertai keyakinan bahwa shalawat al-Fatih itu datang berupa lembaran dari cahaya yang diturunkan dari alam qudrat (gaib)
وعد الرماح عشرةً من شروطها
وقال بكتمها ســوى عن خُويصة
Pengarang kitab Rimah Hizb al-Rahim menyebutkan 10 persyaratan. Beliau
mengatakan 10 syarat tersebut tidak diketahui kecuali oleh orang-orang
khusus.
واما ثوابـها العميم فحـاصل
لسـائر خلق الله دون شـريطة
Pahalanya meratai bagi seluruh ciptaan Allah tanpa 10 syarat.
وعن سيدي البكري من عنه انزلت
فـداء من الْجـحيم منها بِمَرة
Diriwayatkan dari sayid al-Bakriy bahwa shalawat al-fatih diturunkan sebagai tebusan dari neraka jahim sekalipun dibaca sekali.
فـوالله ما رأيت ذكـرا مقاربا
لـها بعد رُتبة الاسامي العظيمة
Demi Allah, aku tidak pernah melihat satu dzikir yang mendekatkan diri
kepada Allah yang memiliki tingkatan yang agung seperti shalawat
al-Fatih.
فلا تفتـرن عنها فتندم في غـدٍ
نـدامة كُسْعِي وصاحـب بَتة
Janganlah engkau melalaikannya sehingga menyesal dikemudian hari seperti
penyesalan seorang yang bernama kusaiy dan seperti orang yang
menetapkan keputusannya (al-farazdaq).
فعَض عليها بالنـواجـذ سرمدا
فتسموا على اقـطاب كل وسيلة
Peganglah sekuat-kuatnya dengan gigi gerahammu selamanya, maka engkau
akan mendapat derajat menjadi Aqthab dengan segala wasilah.
فـلا تعدلـن عنها الى اي صيغة
اذا كنت يا أخي من اصحاب نُهية
Janganlah engkau pindah kepada bentuk shalawat lainnya, apabila engkau termasuk orang yang cerdas.
حوت سر كل صيغة في العوالـم
وزادت بأسـرار وأشيا عـزيزة
Di dalam shalawat al-Fatih telah mencakup setiap bentuk shalawat yang
ada di alam. Dan lebih unggul dengan banyak rahasia serta banyak sesuatu
sangat mahal nilainya.
ورَبـى بـها عُبيدة بن محـمد
وابـدى عجيبة بميـزاب رحمة
Keutamaan Shalawat al-Fatih juga dijelaskan oleh syaikh Ubaidah Ibn
Muhammad, beliau memunculkan hal-hal ajaib dalam kitabnya yang bernama
Mizab al-Rahmah.
فيا رب جـازه وكل مؤلِــف
بخير واحســان عن الاحمدية
Ya Allah, balaslah beliau dengan kebaikan-kebaikan dan berikanlah
balasan yang baik kepada setiap pengarang yang mengikuti ajaran Sayid
Ahmad al-Tijaniy.
Adapun sanad muttashil (bersambung) kepada Imam Muhammad Fathan Bin
Abdul Wahid An Nazhifiy radhiyallahu anhu (pengarang kitab Ad Durrah Al
Kharidah Syarh Al Yaqut Al Faridah), alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin
Abunawar Al ‘Aydrus) dapatkan ijazahnya dari KH. Rizqi Dzulqornain
beliau dari Prof. Dr. Sayyid Muhammad Ar Radhiy Ghannun Al Idrisiy Al
Hasaniy Al Maghribiy sebagai berikut:
الحبيب محمد سلفى بن أبو نوار العيدروس عن الحاج رزقي ذو القرنين أصمت
البتاوي عن العلامة المحقق البحاثة فضيلة الاستاذ الدكتور السيد محمد
الراضي كنون الادريسي الحسني عن العلامة الفاضل والمقدم الجليل سيدي لحسن
الفطواكي عن الامام محمد فتحان بن عبد الواحد النظيفي رضي الله عنه
Dikutip dari risalah:
فَوَاتِحُ الْمَفَاتِح
فِي اِبْرَازِ اْلأَسْرَارِ مِنْ كُنُوْزِ صَلاَةِ اْلفَاتِح
جمع وترتيب
الحاج رزقي ذوالقرنين أصمت البتاوي
الراجي الى رحمة ربه العزيز القوي
غفر الله له ولوالديه عن المساوي
آمين
Naskah Ijazah Shalawat Al Fatih
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين . والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين .
سيدنا ومولانا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين . ومن تبعهم بإحسان الى يوم
الدين . وبعد: فقد سألني أخي الفاضل:
(....................................................) رزقه الله الفتح والبركة في السكون والحركة
الإجازة بقراءة صلاة الفاتح :
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ
وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ، نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِي إِلَى
صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ، وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ
الْعَظِيْمِ
فأقول أجزته، وأخبره أن أسانيدي متصلة الى صاحب الأسرار لصلاة الفاتح
الإمام قطب الأقطاب وغوث الأغواث سيدي الشيخ مولاي أحمد بن محمد التجاني
الحسني رضي الله عنه وعنا به . ولنا عدة أسانيد منها:
قد أجازني الحاج رزقي ذو القرنين بن اصمت البتاوي عن سيدي العلامة الفقيه
محمد العربي بن المهدي إكيدر الحاحي المقيم وقته بالمسجد الأعظم بمدينة
الصخيرات ولاية الرباط المملكة المغربية عن القطب مولانا الحاج الأحسن بن
محمد البعقيلي السوسي البيضاوي عن القطب مولانا الحسين الإفراني التزنيتي
عن أبي المواهب والمرابح القطب مولانا العربي بن السائح العمري عن الخليفة
القطب مولانا علي التماسيني عن مولانا الشيخ أحمد بن محمد التجاني الحسني
رضي الله عنه عن قطب دائرة الوسائل سيد الوجود ومنبع الكرم والجود سيدنا
رسول الله محمد صلى الله عليه وأله وسلم
الثاني: أرويه عن الحاج رزقي ذو القرنين بن اصمت البتاوي عن الشريف البحاثة
المحقق العلامة سيدي محمد الراضي كنون الادريسي الحسني عن حفيد الشيخ سيدي
علي حيدرة عن والده الخليفة الشريف سيدي محمد الحبيب عن والده الخليفة
سيدي محمود عن والده الخليفة سيدي محمد البشير عن العارف بالله سيدي الطاهر
بوطيبة التلمساني عن القطب الشهير سيدي الحاج علي التماسيني عن مولانا
الشيخ أبي العباس أحمد بن محمد التجاني رضي الله عنه وعنا به
الثالث: أرويه عن الحاج رزقي ذو القرنين بن اصمت البتاوي عن شيخنا العلامة
سيدي محمد المستغفر عن العلامة الأجل سيدي الحاج عبد الرحمن المستغفر وهو
عن شيخه العارف بالله سيدي أحمد بن مبارك أوتنهمو وهو أجازه الكبريت الأحمر
والشذى الأذفر سيدي الحاج أحمد بن علي الإساكي عن الشريف الجليل والعلامة
النبيل وشفاء كل عليل سيدي الحاج الحسين الإفراني التزنيتي عن ذي المعرفة
والولاية المتواترة العلامة سيدي محمد الكنسوسي المراكشي وهو أجازه سيدي
محمد الغالي الحسني بما أجازه الأولياء الكرام والأجلة الأعلام: سيدي
الشريف عبد الوهاب بن الأحمر وسيدي الطيب السفياني وسيدي محمد بن أبي النصر
فهؤلاء الأربعة أجازهم قطب الأقطاب مولانا سيدي الشيخ أحمد بن محمد
التجاني رضي الله عنه وعنا به أمين
الرابع: أرويه عن الحاج رزقي ذو القرنين بن اصمت البتاوي عن سيدي الزبير بن
سيدي بنسالم التجاني عن والده سيدي بنسالم التجاني عن العلامة محمد الحافظ
المصري عن الشريف سيدي محمد الكبير التجاني عن المقدم البركة سيدي علي بن
عبد الرحمن عن سيدي أحمد العبدلاوي عن الخليفة الأشهر سيدي الحاج علي
التماسيني عن شيخنا وسندنا وأستاذنا أحمد بن محمد التجاني رضي الله عنه
وعنا به
الخامس: أروي عن الحاج رزقي ذو القرنين بن اصمت البتاوي عن سيدي العلامة
محمد الحبيب الجكاني عن والده سيدي العلامة العارف بالله الحسن الجكاني عن
القطب مولانا الحاج الأحسن بن محمد البعقيلي السوسي البيضاوي بسنده المتصل
الى سيدي الشيخ أحمد التجاني
السادس: أروي سيدي عن الحاج رزقي ذو القرنين بن اصمت البتاوي عن القاضي
مصطفى بلقات رحمه الله عن والده العلامة سيدي عبد الحميد بن محمد الهاشمي
البناني عن العلامة القاضي أحمد السكيرج بسنده المتصل الى سيدي الشيخ أحمد
التجاني رضي الله عنه وعنا به
السند المتصل الى الامام القطب سيدي محمد البكري رضي الله عنه
وأما سندي المتصل الى صاحب صلاة الفاتح الامام الاستاذ الأعظم العارف
الرباني والقطب الغوث الصمداني سيدي محمد البكري الصديقي الأشعري صاحب
الأنفاس العلية، والكرامات السنية
فأرويه عن الحاج رزقي ذو القرنين بن اصمت البتاوي عن العلامة المعمر السيد
احمد بن ابي بكر بن احمد بن حسين الحبشى عن العلامة الشيخ عمر حمدان
المحرسى المكى عن الشيخ فالح بن محمد الظاهري عن الشيخ محمد بن على الخطابي
السنسي عن الحافظ السيد مرتضى الزبيدى عن الشمس محمد سالم الحفنى عن عبد
العزيز الزيادى عن الشمس محمد بن العلاء البابلي عن الشيخ نور الدين علي بن
ابراهيم الحلبي الشافعي المصري عن الامام القطب سيدي محمد البكري الصديقي
رضي الله عنه
فأرويه عن الحاج رزقي ذو القرنين بن اصمت البتاوي عن الحبيب العلامة سالم
بن عبد الله بن عمر الشاطري التريمي عن الشيخ العلامة المحدث الأصولي
القاضي حسن بن محمد المشاط المكي عن الشيخ العلامة الصالح الفقيه أحمد بن
محمد بن موسى أيجل الزبيدي عن الشيخ الفقيه الأجل سيدي أحمد بن حبيب
الواداني عن الشيخ العلامة أحمد بن محمد بن خالد الجرسيفي عن الشيخ العلامة
المرابط الخير، والكوكب النير سيدي أحمد بن أبي القاسم بن سيدي سعيد بن
عبد الله الجرسيفي عن الشيخ عبد الله التلي عن الشيخ الفقيه الإمام الخطيب
سيدي عبد الرحمن التلمساني نزيل تارودانت قاعدة سوس الأقصى عن الشيخ الإمام
القدوة أبي الفضل يحي بن عبد الله بن سعيد بن عبد المنعم الحاجي المناني
عن الشيخ الولي الصالح المحدث الرحال أبي العباس أحمد بن محمد بن احمد أذفل
السوساني ثم الدرعي عن الشيخ الإمام مولانا محمد بن مولانا محمد بن البكري
الصديقي عن أبيه تاج العارفين وعمدة المحققين الشيخ الإمام سيدي محمد
البكري الصديقي رضي الله تعالى عنه وأرضاه
Silahkan di amalkan, alfaqir (Habib Muhammad Shulfi bin Abunawar Al
‘Aydrus) ijazahkan sholawat Fatih tersebut untuk bagi siapa saja yang
mau mengamalkannya, katakana QOBILTU (saya terima) bila ingin
mengamalkan dan ingin menyambungkan sanad shalawat Fatih tersebut.
Ini sholawat Fatih.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْفَاتِحِ لِمَا أُغْلِقَ
وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ . نَاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ . وَالْهَادِي
إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيْمِ .وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ قَدْرِهِ
وَمِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ
ALLAHUMMA ShOLLI ‘ALAA SAYYIDINA MUHAMMADINIL FAATIHI, LIMAA UGhLIQO WAL
KhOOTIMI LIMAA SABAQO, NAAShIRIL HAQQI BIL HAQQI, WAL HAADII ILAA
ShIROOTIKAL MUSTAQIIMI WA ‘ALAA AALIHI HAQQO QODRIHI WA MIQDAARIHIL
‘AZhIIM(I).
Ya Allah berikanlah shalawat kepada penghulu kami Nabi Muhammad sebagai
pembuka apa yang tertutup dan yang menjadi penutup apa yang terdahulu,
penolong kebenaran dengan kebenaran yang memberi petunjuk ke arah jalan
yang lurus. Dan kepada keluarganya, sebenar-benar pengagungan padanya
dan kedudukan yang agung.
0 Response to " Shalawat Fatih (Sanad Syekh Ahmad Tijani dan Sayyid Muhammad Al Bakri) "
Posting Komentar