SINGALODRA ADALAH WIRALODRA

Who am I ....

SINGALODRA ADALAH WIRALODRA

Dalam Babad Bagelen dituliskan ketika dua orang Pemuda berbadan tegap dan gagah berhasil membunuh Banteng Jejawi yang mengamuk dihadapan Sultan Agung Mataram, kemudian ditanya asal-usulnya, mereka menyatakan berasal dari “Banyu Urip”. Dua orang Pemuda tadi bernama “Bagus Taka” dan Adiknya “Bagus Singa”. Kemudian berdasar Jasanya Maka Sinuhun Mataram mengganjar dua pemuda tadi dengan Jabatan “Mantri”. Bagus Taka bergelar “Mantri Prawiralodra” sedangkan Bagus Singa adiknya bergelar “Mantri Singapati”. Berdua diberikan hadiah Tanah (Kademangan) cacah Domas (800 kepala Keluarga). Bagus Taka (Prawiralodra/Wiralodra) dan Bagus Singa (Singapati) kembali pulang kerumahnya di “Ngandong” setelah penganugrahan Jabatan tersebut lalu mereka berdua kembali ke Mataram dalam acara Pisowanan di Bangsal Pancaniti Keraton Mataram. Sultan Agung memerintahkan kepada Patih Singaranu agar kedua Mantri Domas (Wiralodra dan Singapati) ikut dalam pasukan Mataram yang akan menyerbu belanda di Batavia (1628-29 M). Kedua Mantri Domas tersebut agar berangkat bersama Pasukan Panembahan Purbaya (Paman Sultan Agung) melalui jalur laut. 

Ketika pasukan Mataram gagal menaklukan Benteng Kompeni di Batavia lalu Wiralodra memutuskan untuk tidak kembali ke Mataram dengan alasan khawatir akan murka Sang Raja Mataram dan juga malu karena kalah dengan musuh. Wiralodra meminta agar adiknya (Singapati) ikut kembali ke Mataram bersama Panembahan Purbaya. Sebelum mereka berpisah Maka Wiralodra meminta adiknya agar berbagi Pusaka, Singapati memberikan Kakaknya (Wiralodra) Keris Pusaka Ki “Bengkelung” dan Si “Kerok Batok”. Sedangkan Keris Ki “Pelus”, si “Tracak”, Kyai “Panubiru”(Pusaka Trah Banyu urip) dan Pusaka “Pepunden” dibawa oleh Singapati. Wiralodra menyatakan akan berusaha berdagang untuk hidup. Rombongan Panembahan Purbaya dan Singapati telah sampai dipelabuhan Semarang . Kemudian Mantri Singapati dikatakan menjadi Ki Gede di desa Ngandong.

Dalam Babad Bagelen dan sarasilah Trah Bagelen tahun 1999 (Disahkan tepas Darah Dalem Kraton Ngayogyakarta) Ki Bagus Singapati Ngandong menurunkan Raden Tumenggung Wangsanegara I (Ngandong) berputra R. T. Wangsanegara II berputra R. T. Wangsanegara III berputra R.T. Wangsanegara IV, berputra R.T. Wangsanegara V (Depok) dan R. Singataka, R. Singataka menurunkan T. Wangsanegara VI (Kademangan).

Dalam Babad Bagelen dan Sarasilah Trah Bagelen dituliskan bahwa Orang Tua dari Raden Bagus Taka (Wiralodra) dan Singapati adalah Kyai Ageng Wunut Trah Majapahit yang beristrikan Nyai Dampit (kembar) Putri Kyai Manguyu Trah Banyu Urip. 

Namun dalam Sarasilah Trah Bagelen yang disahkan oleh Pihak Tepas darah dalem Kraton Ngayogyakarta tahun 1954 dan 1999 tidak ada nama Wiralodra melainkan yang ada adalah nama “Singalodra”. Urutanya adalah Kyai Ageng Wunut berputra :

1. R. Bagus Singalodra
2. R. Bagus Singapati.

Kita ketahui dalam naskah Babad Bagelen Singapati adalah gelar dari Bagus Singa adiknya Bagus Taka, dimana Bagus Taka bergelar Wiralodra. Artinya jika menggunakan disiplin tokoh sesuai Babad Bagelen maka tokoh yang dalam sarasilah Bagelen bernama Singalodra adalah sama dengan tokoh bernama gelae Wiralodra dalam Babad Bagelen karena baik Singalodra dan Wiralodra dalam dua sumber berbeda sama-sama merupakan Kakak dari Singapati (Bagus Singa). Gelar keturunan Singapati di desa ngandong pada akhirnya menggunakan gelar ‘Wangsanegara’, dan dalam nama-nama Trah Banyu urip serta Bagelen tidak ada yang menggunakan gelar belakang “Lodra” kecuali tokoh Singalodra yang dalam sarasilah Trah tidak ditulis keturunannya (karena tinggal di Indramayu). 

Masih dalam sumber buku berasal dari Trah Banyu Urip (Bagelen) ada informasi yang menarik, yang semakin menjelaskan bahwasanya yang dimaksud Tokoh “Singalodra” itu adalah sebenarnya Ki Bagus Taka yang bergelar “Wiralodra”. Terdapat satu urutan silsilah lagi yang agak berbeda satu grade sebelum lahir tokoh Bagus Taka dan Bagus Singa sebagai berikut:

“Kyai Manguyu menurunkan Putri bernama Nyai Pangran yang kemudian dijodohkan dengan Ki Wunut, yang mempunyai Putra/putri kembar-dampit, yaitu :
1. Putri, bernama Nyai Pangeran, 
2. Putra, bernama Ki Pangeran (meninggal usia bayi)

Dari Nyai Pangeran mempunyai dua putra yaitu Ki Bagus Taka, kemudian bernama KI SINGALODRA , tinggal di Indramayu Cirebon, tapi tidak disebutkan nama-nama Putra-putranya, Putra kedua adalah Ki Bagus Singa, Ki Bagus Singa menurunkan :

Tumenggung Wangsanegara I, menurunkan:
Tumenggung Wangsanegara II, ,menurunkan:
Tumenggung Wangsanegara III (Domas), menurunkan:
Tumenggung Wangsanegara IV (Bebek), menurunkan:
Tumenggung Wangsanegara V (Depok), menurunkan:
Kentol Singataka, Ngandong, menurunkan:
Tumenggung Wangsanegara VI, Demang Banyu Urip.”

Dalam uraian tersebut terlihat bahwa “Ki Bagus Taka nama yang sesuai dalam Babad Banyu Urip/Bagelen bergelar “Ki Singalodra”, dikatakan pindah keindramayu. Maka tidaklah salah ketika sarasilah trah Bagelen tahun 1954 dan 1999 menuliskan nama tokoh  Singalodra kakak Singapati. Kemudian mari kita baca kutipan masih dalam buku yang sama sebagai berikut:

“Bagus Taka dan Bagus Singa turun kelapangan dan berhasil membunuh kedua Banteng yang mengamuk....Baginda (Sultan Agung) menanya kepada Patih, apa kerjanya kedua pemuda itu di Kepatihan, Patih menerangkan kepada Baginda tentang jabatan dan tugas kedua pemuda itu, Baginda lalu memerintahkan Patih untuk menaikan pangkat dan Jabatan bagi kedua pemuda itu. Bagus Taka dianugrahi pangkat KEPALA PASUKAN LAUT MATARAM dengan nama TUMENGGUNG WIRALODRA, sedang Bagus Singa dianugrahi pangkat KEPALA PASUKAN PENGGEMPUR ANGKATAN LAUT MATARAM dengan nama TUMENGGUNG WIRAPATI. Diterangkan oleh Baginda bahwa anugrah ini berkenaan dengan rencana beliau untuk menggempur VOC kedua kalinya.”

Semakin jelas dalam uraian tersebut dalam satu Buku terdapat perbedaan gelar dari tokoh Ki Bagus Taka yang pertama gelarnya SINGALODRA kemudian ada juga ditulis gelarnya WIRALODRA. Keduanya sama-sama menggunakan gelar LODRA pada bagian belakangnya. Mungkin saja nama “Singa” Pada gelar Singalodra terbawa karena nama awalan adiknya saja menggunakan nama “Singa” mungkin juga nama asli depan dari Bagus Taka adalah “Singa-Taka”. Sehingga ketika mendapat gelar Pangkat Tumenggung Wiralodra kadang sering salah menulis dengan mencampur nama asli (depan) “Singa” dengan pelengkap gelar belakangnya ketika sudah menjadi Tumenggung yaitu “Lodra” menjadi “Singa-(Wira) Lodra” kemudian menjadi “Singalodra” yang dikarenakan kesalahan penulis/pujangga berbeda zaman dan daerah. Perlu diketahui bahwa sebenarnya gelar kedua pemuda tersebut baik Bagus Taka dan Bagus Singa ketika menjadi kepala angkatan laut berarti mereka naik pangkat (mungkin saja) dari Tamtama menjadi Prawira/Perwira, maka Tak Salah Bagus Taka menjadi “Wira-lodra” dan Bagus Singa menjadi “Wira-Pati (Singapati). 

Maka tepatlah dalam daftar nama-nama Bupati Indramayu yang ada di Pemda Indramayu bahwa Bupati nomor satu adalah “ R. Singalodra (Wiralodra I)” artinya Singalodra adalah Wiralodra satu pribadi yang sama. Semoga bisa jadi bahan kajian yang kritis. 

tambahan:
Gelar LODRA dalam nama belakang jabatan Ki Bagus Taka dimungkinkan aslinya berasal dari kata RUDRA salah satu aspek dari sang Siwa Dewa pelebur, Siwa bertugas melebur alam semesta material dengan menarikan tarian nya yang ter-masyur yaitu tari pralaya (Perang), tari yang membinasakan dan melenyapkan segala sesuatu, dan mengembalikan ke-asalnya semula (Wikipedia). Sama dengan penulisan gelar Ningrat RADEN RARA yang terbiasa menjadi RADEN LARA, disini huruf 'R' kadang dibaca 'L' oleh masyarakat awam jawa dan kebiasaan ini diikuti dalam penyalinan demi penyalinan naskah pada periode setelahnya oleh para Pujangga di luar kota praja. 

Wirarudra atau Singarudra adalah Gelar yang mengandung makna dan harapan agar seseorang yang menyandangnya memiliki kemampuan daya lebur, daya perang, daya pemusnah yang tak terkalahkan. Sebuah harapan dan penyematan kepada mereka yang memiliki tugas sebagai senopati Perang, dimana dalam kasus Wiralodra sesuai keterangan di atas beliau mendapat jabatan sebagai Kepala Tempur Angkatan Laut (TNI AL) Mataram. Tahun 1628-1629 M merupakan tahun perang besar Jawa antara pasukan gabungan Mataram dengan daerah vazal melawan kekuatan asing VOC di Batavia. Sang Sultan Agung Raja Mataram Islam (1613-1645) yang juga memiliki gelar Prabu Hanyakrakusuma adalah Raja yang tegas dan tidak bisa menerima pasukannya kalah, karena taruhan legitimasi wahyu keprabon kepada beliau selaku Raja Jawa yang dianggap mewakili Wahyu Dewa tidaklah layak jika dalam penaklukannya kalah. Terbukti sekitar 700 mayat tanpa kepala ditemukan oleh pihak VOC sesaat setelah penyerangan Mataram gagal di Batavia, sang sultan mengirim Algojo untuk membunuh para Senopati yang tidak disiplin dan merugikan pihak Mataram.

Iskandar Z , 30 Juni 2018

0 Response to "SINGALODRA ADALAH WIRALODRA"

Posting Komentar