Wiralodra-Singapati" bagian yang terlupakan dalam perang Mataram vs VOC

"Wiralodra-Singapati" bagian yang terlupakan dalam perang Mataram vs VOC. 

......Kangjeng Sultan (Sultan Agung) telah melihat bahwa banteng jejawi telah mati,  kemudian menyuruh utusan agar memanggil kedua pemuda itu. Tak berapa lama mereka telah datang dihadapan Kangjeng Sultan sambil menghaturkan sembah bakti.

Kangjeng Sultan bertanya "kamu berdua dari mana asalmu"? Kemudian mereka menjelaskan bahwa dirinya berasal dari Banyu Urip. Kangjeng menanyakan nama,  Bagus Taka menyembah bakti. 

Ia berkata sambil menundukan kepala bahwa nama kecilnya ialah Taka,  untuk saat ini ia sendiri belum mempunyai sebutan.  Kemudian sang nata bertanya lagi tentang pemuda yang mengikuti dibelakang Bagus Taka.  

Bagus Taka lalu menjelaskan bahwa ia adalah adik kandungnya yang nama kecilnya Singa,  ia juga sama dengan dirinya belum mempunyai sebutan. Karena dirinya adalah orang desa. Maka nama kecillah yang dipakainya supaya gampang diingat. 

Kemudian Sang Prabu berkata perlahan,  " hei Patih (Singaranu),  kedua anak ini aku junjung derajatnya menjadi Mantri Si. 

Aku naikan derajatnya serta diganjar Cacah Domas (kademangan,  desa)." Kemudian Bagus Taka dianugrahi gelar Mantri Prawiralodra. 

Dan juga adiknya. Bagus Singa dianugrahi gelar Mantri Singapati. Serta Sang Prabu juga mendoakan agar mereka menjadi tersohor.  Kedua Mantri itu menghaturkan terima kasih dan menyembah bakti,  penghargaan tersebut akan diingat sebagai Jimat sampai akhir hayat. 
......

Sang Prabu bersabda memecah keheningan,  " eh Patih Singaranu,  wartakanlah kepada kedua Mantri Domas,  Bahwa aku menitahkan agar mereka berdua ikut menyerbu ke Betawi (Batavia). 

Supaya ikut bersama Panembahan Purbaya melalui jalan lautan, sementara Mandureja melalui jalan darat. ". Kemudian Kyana Patih segera memerintahkan kepada kedua Mantri itu. 

Wiralodra dan adiknya Singapati disuruh ikut menyerbu Betawi bersama dengan Panembahan Purbaya.  Maka Wiralodra dan adiknya itu menerima titah Paduka Raja dengan tekad sampai mati. 

.....

Singkat cerita pasukan telah tiba di tengah-tengah lautan,  dengan menggunakan kapal yang layarnya berwarna merah.  Angin timur ikut mendorong lajunya kapal,  sementara pasukan yang bergerak melalui darat sudah bertempur dengan Kompeni.  Maka ramailah terdengar suara bedil.  

Sementara itu Panembahan Purbaya dari lautan,  Maka Kompeni menyambutnya dengan gempuran bedil.  Kemudian dibalas dengan tembakan meriam,  tepat mengenai tembok benteng hingga berantakan. Para barisan Kompeni jadi geger berantakan. 

"kutipan naskah Babad Bagelen", matur nuwun Ki Tarka Hanacarakajawa kang Muhamad Mukhtar Zaedin.
Related Posts