KERIS TANGGUH HB II

Sri Sultan Hamengkubuwana II adalah satu satunya raja Kesultanan Yogyakarta yang memerintah selama tiga periode, yaitu 1792 – 1810, 1811 – 1812, dan 1826 – 1828. Sultan HB II sering disebut sebagai Sultan sepuh. Karena selama selang beliau tidak menjabat diselipi dengan pemerintahan putra beliau yaitu HB III.
 Sultan HB II Lahir di lereng Gunung Sindoro pada tanggal 7 Maret 1750 dari permaisuri kedua Sri Sultan Hamengku Buwono I, ia diberi nama kecil Raden Mas (RM) Sundoro dan Wafat pada Pada tanggal 3 Januari 1828 (15 Jumadilakir 1755).
Pergantian pertama akibat dari rangkaian masalah dengan Belanda salah satunya terkait dengan pengubahan peraturan pemerintahan sehingga Daendels sendiri datang ke Yogyakarta membawa 3300 pasukan untuk menekan Sri Sultan Hamengku Buwono II. dan Sultan Hamengku Buwono II dipaksa turun tahta dan digantikan oleh putra mahkotanya RM. Surojo sebagai Hamengku Buwono III pada tanggal 31 Desember 1810.
Tahun 1811 Belanda dikalahkan oleh Inggris sehingga sultan HB II dapat kembali naik tahta untuk kedua kalinya, menggantikan putranya yang belum cukup umur tersebut dan mengeksekusi patih Danurejo II yang terbukti berseongkol dengan belanda. Karena tidak mau bekerjasama dengan inggris yang dianggap merugikan yogyakarta Sultan HB II kemudian berhadapan dengan Letnan Gubernur Inggris, Thomas Stamford Raffles, Keraton Yogyakarta diserang oleh prajurit gabungan pasukan inggris dan aliansinya termasuk pasukan Sepoy asal India pada tanggal 20 Juni 1812. Akibat gempuran tersebut, keraton diduduki, dan Sri Sultan Hamengku Buwono II ditangkap dan kemudian diasingkan ke Pulau Pinang hingga tahun 1815. Pada tanggal pada tanggal 9 Agustus 1816 inggris kemabli menyerahkan kekuasaannya kepada Belanda
Setelah ditinggal Sultan HB II kondisi Yogyakarta dan jawa memanas, salah satunya dengan adanya perang jawa oleh pangeran Diponegoro, belanda menyadari peran HB II untuk meredam Perang Jawa, kemudian memulangkan sultan HB II ke Yogyakarta dan pada tahun, 20 September 1826 kembali melantik Sultan HB II untuk ketigakalinya.
Sultan HB II terkenal ulung dalam berpolitik dan piawai dalam berperang, berkepribadian teguh cenderung keras, jujur dan tegas seperti halnya prajurit, karakter beliau kemudian dituangkan dalam berbagai peninggalan beliau, sultan HB II meninggalkan banyak karya, baik di bidang keprajuritan, bangunan , wayang dan karya sastra tulis, sebut saja babad Babad Nitik Ngayogya dan Babad Mangkubumi, serat Baron Sekender dan serat yang legendaris serat Suryaraja.
Dalam catatan Inventaris HB V Sultan HB II membabar pusaka berupa Keris yang Bernama Kanjeng Kyahi Nagapuspita berdhapur sengkelat cinarita ber warangka trembalo dan pendhok emas ronyak. Sultan HB II Juga membuat wanda,deder yang saai itu maupun saat ini disukai baik kalangan kraton maupun luar kraton yaitu wanda Taman .
Keris era HB II sangat jarang dibahas karena kondisi yang saat itu banyak perubahan dan juga kondisi politik yang bergejolak. Sehingga sangat jarang dibahas tentang tosan aji tangguh HB II walau nyata nyatanya ada dan tinggalan beliau bisa dilihat cukup menonjol dibandingkan sultan Yogyakarta yang lain. Masa pemerintahan HB II masih 1 waktu dengan pemerintahan HB III, HB IV dan HB V dan dimungkinkan Mpu yang mengerjakan masih 1 “klan” atau Bahkan masih ada campur tangan dari Mpu sebelumnya. Sehingga keris yang dihasilkan HB II diperkirakan Mirip dengan pembuatan Keris HB I dan HB V. keris Yasan HB I hingga HB V Dikenal wingit dan “nyepuhi”. Dan keris yang dihasilkan kraton Yogyakarta dari masa HB II hingga HB IV sering dikatakan keris” HB sepuh” tidak banyak perbedaan dalam pembuatannya, sehingga sering keris keris kemudian kurang dikenal hanya pasikutan atau karakter yang membedaka. Yang kemudian dikenal adalah beberapa keris yang mempunyai perbedaan yang cukup khas diantaranya tangguh HB I, HB V, HB VII dan HB VIII.
Gambar terlampir sebilah keris lurus berdhapur tilam upih (setidaknya sekarang dikenal begitu) dengan pamor wahyu tumurun yang kemungkinan bertangguh HB II, secara keseluruhan ricikan pasikutanya menyerupai HB I dan HB V dengan karakter yang terkesan “tua dan keras” blumbangan masih mbata rubuh, pesi agak ketengah, pasikutan secara umum menyerupai keris sepuh (dan memang keris Yogyakarta terutama HB I sampai HB V mengadopsi gaya pajajaran, tuban, majapahit dan mataram).
Victor MH 2022, tulisan dan foto ini sebagai pengantar untuk meraba keris Tangguh HB II. Sambal menunggu terbitnya buku keris Yogyakarta oleh PAMETRIWIJI dan Buku Saku Keris Yogyakarta Oleh dinas Kebudayaan DIY.

 
Related Posts